Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kemerdekaan di Hati Rakyat Jingkang


JingkangPost.
Anak-anak sekolah berbaris menuju ke lapangan. Bapak guru maupun ibu guru mendampingi mereka. Anak-anak kelas satu sampai kelas enam, semua ”tumpah” di jalanan.

Jiwa mereka bergembira, terutama karena pada hari itu mereka merdeka semerdeka- merdekanya untuk tidak memikirkan pelajaran-pelajaran yang ruwet. Mereka merdeka dari matematika. Mereka merdeka dari prakarya. Mereka merdeka dari ilmu bumi. Mereka pun merdeka di lapangan yang luas itu untuk membeli es lilin, kue-kue, roti, permen, dan berbagai jenis buah-buahan.

Mereka bergembira memperingati hari kemerdekaan bangsa kita dengan sikap merdeka pula. Di sana ada upacara bendera. Kita menghormati bendera, yang sudah dikerek di ujung tertinggi tiang bendera tersebut, dengan rasa hormat disertai rasa syukur.

Bendera itu melambangkan kemerdekaan kita. Hormat pada bendera itu fungsi suatu kesadaran politik dan gambaran rasa syukur karena perjuangan kita telah sampai di titik yang paling menentukan: kita merdeka. Bagi ”kita”, anak-anak sekolah, merdeka ya merdeka.

........

Keesokan harinya, di lapangan, ada acara meriah: panjat pinang. Di pucuk pohon pinang yang dibuat licin itu ada hadiah besar: ada kambing, ada ayam jago, ada jam tembok seharga lima ratus ribu, ada sarung, ada mi instan.

Warga masyarakat berlomba meraih hadiah itu. Mungkin bukan hadiah itu sendiri yang menarik. Lombanya, yang sebentar- sebentar menimbulkan gelak tawa meriah, mungkin lebih menarik. Sukar memanjat pohon pinang yang dibuat licin itu. Orang dewasa yang mencobanya selalu gagal. Bapak-bapak gendut yang kesulitan merangkul pohon pinang karena terganjal perutnya menjadi bahan tertawaan yang menyegarkan.

Kelihatannya, inilah makna merdeka di mata rakyat di kampung- kampung. Mereka menganggap merdeka terletak di dalam acara yang mereka buat. Mereka menikmati kemerdekaan untuk dengan susah payah meraih hadiah di pucuk pohon pinang yang tak mudah diraih itu. Kita memasang bendera merah putih untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 di puncak pohon besar, di atas bukit yang mencolok mata.

Juga di dipinggir- pinggir jalan. Ini semua merupakan tanda bahwa secara politik kita sudah menjadi bangsa merdeka sejak 74 tahun yang lalu. Rakyat, di kampungkampung, menyadari kemerdekaan kita sebagai kemerdekaan.

Merdeka ya merdeka.
Selesai...

Post a Comment for "Kemerdekaan di Hati Rakyat Jingkang"